Wednesday, June 3, 2015

Virtualisasi Data Cente

Pengertian Virtualisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, virtual berarti (secara) nyata, sedangkan akhiran –isasi menyatakan makna melakukan, proses, usaha, atau kegiatan. Berarti virtualisasi adalah proses menyatakan atau membuat sesuatu menjadi nyata. Sedangkan dalam ilmu komputer, virtualisasi bisa diartikan sebagai pembuatan suatu bentuk simulasi dari sesuatu yang asalnya bersifat fisik, misalnya sistem operasi, perangkat penyimpanan data atau sumber daya jaringan. Definisi
lainnya adalah "sebuah teknik untuk menyembunyikan karakteristik fisik dari sumber daya komputer dari bagaimana cara sistem lain, aplikasi atau pengguna berinteraksi dengan sumber daya tersebut. Hal ini termasuk membuat sebuah sumber daya tunggal (seperti server, sebuah sistem operasi, sebuah aplikasi, atau peralatan penyimpanan terlihat berfungsi sebagai beberapa sumber daya logikal; atau dapat juga termasuk definisi untuk membuat beberapa sumber daya fisik (seperti beberapa peralatan penyimpanan atau server) terlihat sebagai satu sumber daya logikal.” Pengertian Data Center Pusat data atau yang lebih dikenal Data Center adalah suatu fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem komputer dan komponen-komponen terkaitnya, seperti sistem telekomunikasi dan penyimpanan data. Fasilitas ini biasanya mencakup juga catu daya redundan atau cadangan, koneksi komunikasi data redundan, pengontrol lingkungan (mis. AC, ventilasi), pencegah bahaya kebakaran, serta piranti keamanan fisik. Salah satu penempatan server untuk website atau database.

Data Center merupakan fasilitas yang digunakan untuk penempatan beberapa kumpulan server atau sistem komputer dan sistem penyimpanan data (storage) yang dikondisikan dengan pengaturan catudaya, pengatur udara, pencegah bahaya kebakaran dan biasanya dilengkapi pula dengan sistem pengamanan fisik. Pengertian Virtualisasi Data Center Virtualisasi data center adalah melakukan konsolidasi dan melakukan pengurangan jumlah server dalam bentuk fisik, caranya dengan menciptakan mesin virtual dalam jumlah banyak yang ditempatkan di beberapa host fisik, menggunakan storage dan jaringan. 

Kelebihan dan Kekurangan Virtualisasi Data Center
Keuntungan
Virtualisasi telah menjadi istilah trend dalam beberapa tahun terakhir di sejumlah kalangan yang bergelut dengan infrastruktur data center. Dengan menerapkan konsep ini, pemilik data center akan
mengambil keuntungan dari berkurangnya beban biaya untuk pembangunan fasilitas gedung, power supply, sistem pendingin ruangan, penyederhanaan administrasi dan pemeliharaan. Namun pendapat pribadi, tidak semua sistem dapat di virtualisasikan. Mungkin sebuah database server dengan beban berat untuk menghandle sekian transaksi per detiknya, memasukkannya ke dalam suatu lingkungan virtual akan menjadi sangat beresiko, terutama menyangkut performansinya. 
Dibalik itu semua, penerapan virtualisasi akan sangat menguntungkan bagi pemiliki data center, berikut beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan implementasi virtualisasi di lingkungan data center:

1. Berkurangnya Biaya (cost)

Dengan menggabungkan beberapa aplikasi yang asalnya dari beberapa server menjadi satu box yang terintegrasi akan menghemat beberapa sumber daya, seperti :

 Space (ruangan) data center, akan mengurangi jumlah biaya untuk pembangunan gedung data center.
 Berkurangnya jumlah hardware (server), akan mengurangi pemakaian power supply dan juga sistem pendingin udara karena heat (panas) yang diproduksi dari operasional server berkurang. Dengan penghematan yang terjadi seperti disebutkan diatas, akan menyebabkan biaya secara keseluruhan operasional data center akan berkurang sehigga dapat digunakan untuk keperluan lain di
perusahaan.

2. Mengurangi Ketergantungan pada satu vendor

Dengan virtualisasi, abstraksi antara hadware dan software (perangka lunak) akan menjadi lebih transparan, dimana aplikasi yang berjalan diatasnya tidak lagi peduli dengan hardware yang dipakai (di layer bawahnya). Dengan demikian keterkaitan antara aplikasi (software) untuk menggunakan hardware tertentu saja bisa diminimalisir. Dengan demikian data center owner akan lebih flexible
dalam menentukan hardware (server) yang akan digunakan di data center-nya.

3. Re-deploy Sistem (Aplikasi) Akan semakin Cepat

Memindahkan suatu sistem (aplikasi) dari satu perangkat ke perangkat lain akan menjadi lebih ber’keringat’ jika dilakukan dengan hardware terpisah. Harus ada sistem backup/restore yang diimplementasikan pada mesin lama dan mesin baru. Dengan adanya virtualisasi memindahkan snapshot dari suatu instance ke instance lain akan lebih cepat lagi. Tentu ini dilakukan dalam satu sistem Virtual machine.

4. Proses Recovery yang Lebih Baik

Proses disaster recovery akan menjadi lebih cepat dilakukan sepanjang snapshot dari suatu virtual machine telah tersedia berkat sistem backup yang telah berjalan. Dengan memiliki snapshot yang upto-date, memindahkan ke suatu lingkungan baru akan menjadi lebih mudah dan cepat.

5. Lingkungan Testing yang Baik

Virtualisasi merupakan lingkungan yang baik untuk melakukan testing sistem aplikasi yang baru, dimana sistem lama masih tetap berjalan. Pada saat testing telah dilakukan dengan sukses, maka memindahkan ke lingkungan operasional akan menjadi lebih mudah. Penggunaan virtual machine di data center akan menghemat resource perusahaan dan menjadikan pekerjaan system administrator
menjadi lebih simpel.

Kelemahan

1. Satu Pusat Masalah.

Virtualisasi bisa dianalogikan dengan menempatkan semua telur didalam 1 keranjang. Ini artinya jika server induk bermasalah, semua sistem virtual machine didalamnya tidak bisa digunakan. Hal ini bisa diantisipasi dengan menyediakan fasilitas backup secara otomatis dan periodik atau dengan menerapkan prinsip fail over/clustering 

2. Spesifikasi Hardware.

 Virtualisasi membutuhkan spesifikasi server yang lebih tinggi untuk menjalankan server induk dan mesin virtual didalamnya

3. Satu Pusat Serangan.

Penempatan semua server dalam satu komputer akan menjadikannya sebagai target serangan. Jika hacker mampu menerobos masuk kedalam sistem induk, ada kemungkinan ia mampu menyusup kedalam server- server virtual dengan cara menggunakan informasi yang ada pada server induk.

Infrastruktur Virtual Menggunakan VMware® vSphere®

VMWare merupakan salah software virtualisasi yang masih mempin di bidangnya saat ini. Dengan seiringnnya kemajuan teknologi dan kebutuhan banyaknya informasi ataupun tempat penyimpanan data yang aman, maka dengan pelatihan implementasi dan administrasi VMWare ini bisa membantu dalam memenuhi kebutuhan Anda, baik di perusahaan maupun instansi.

Memilih platform virtualisasi yang tepat untuk membangun Data Center Vitual, private maupun cloud infrastructure internal, adalah sesuatu yang sangat penting. Suatu sistem infrastruktur virtualisasi yang meliputi virtualisasi, manajemen, optimisasi sumber daya, ketersediaan aplikasi dan kemampuan otomasi operasional TI. VMware vSphere membentuk sistem virtualisasi diatas fisik hardware dan kumpulan sumber daya TI untuk data center, serta meliputi komponen :
 VMware® ESXi : Platform virtualisasi untuk vSphere.
 VMware® vCenter® Server™ : Perangkat bantu untuk melakukan manajemen virtualisasi, konfigurasi, provisi sumber daya TI.
 VMware® vSphere® Client™ : Antar muka untuk membolehkan pengguna melakukan konfigurasi secara remote terhadap vCenter® Server atau ESXi dari PC bersistem operasi Microsoft® Windows®.
 VMware® vSphere® VMFS : Sistem file yang memiliki kinerja tinggi, digunakan untuk mesin-mesin virtual pada ESXi.
 VMware® vSphere® 

Virtual Symmetric Multiprocessing : Fasilitas yang memungkinkan suatu mesin virtual dapat menggunakan lebih dari satu prosesor fisik secara simultan. vSphere® juga menyediakan beberapa fungsionalitas sebagai berikut :
 Manajemen sumber daya (menggunakan vSphere® Distributed Resource Scheduler).
 Ketersediaan (menggunakan vSphere® High Availability).
 Proteksi data (menggunakan VMware® Consolidated Backup and VMware® Data Recovery)

Pada pembahasan teknis berikut ini, akan diulas secara mendalam, konsep-konsep inti virtualisasi dan produk VMware® vSphere®. Infrastruktur Fisik
Pada infrastruktur fisik, operating system dan software berjalan diatas
komputer atau server fisik. Beberapa tantangan baru meningkat pada saat
menjalankan sejumlah besar server-server fisik di data center, antara lain :
- Model infrastruktur fisik sudah dirasakan tidak fleksibel dan tidak
efisien.
- Perencanaan dan biaya infrastruktur seperti luasan server, luasan
rak server, daya listrik, sistem pendinginan, sistem perkabelan dan
provisi server merupakan masalah yang dihadapi staff TI.
- Umumnya terdapat hubungan antara komputer atau fisik server
dengan software yang berjalan diatasnya. Pada saat utilitas
penggunaan server hanya 5-10%, maka perbandingan pemakaian
sumber daya menjadi 1:1, sehingga biaya untuk luasan server, daya
listrik, sistem pendinginan menjadi sangat tinggi.
- Implementasi server-server fisik merupakan proses yang memakan

waktu. Pada lingkungan fisik, waktu yang ada digunakan untuk
proses pengadaan hardware, penempatan server pada data center,
instalasi operating system dan instalasi serta konfigurasi aplikasi yang
akan dijalankan. Selain itu terdapat aktivitas berupa konfigurasi aturan
firewall, konfigurasi port pada switch dan konfigurasi storage. Semua
aktivitas tersebut membutuhkan waktu dalam hitungan pekan.
Infrastruktur Virtual
Teknologi virtualisasi memungkinkan penambahan beban kerja
komputasi pada server tunggal dengan proses konsolidasi lingkungan dan
sumber daya komputasi. Kelebihan dari konsolidasi tersebut adalah
masing-masing mesin virtual dapat menggunakan sumber daya
penyimpanan redundant dan konektivitas jaringan tanpa penambahan
biaya penyimpanan dan kompleksitas perkabelan jaringan yang sebelumnya
digunakan pada infrastruktur fisik.
Gambar 2. Infrastruktur Virtual dengan tipe storage yang bervariasi
Masing-masing mesin virtual dihubungkan dengan konektivitas yang
bersifat redundant sebagai hasil dari setiap host yang memiliki konektivitas

yang bersifat redundant. Rasio atau perbandingan antara jumlah host atau
mesin virtual dengan jumlah sumber daya, yaitu 1:1 untuk infrastruktur
fisik, meningkat menjadi 6:1 untuk infrastruktur virtual (seperti terlihat pada
gambar 1) menjadi 30:1 untuk infrastruktur virtual (pencapaian jumlah mesin
virtual yang berhasil dibuat untuk penggunaan aplikasi normal).
Peningkatan rasio yang signifikan tersebut ditengarai dapat meningkatkan
penghematan biaya dan penurunan kompleksitas perkabelan. Infrastruktur
virtual diyakini dapat mengurangi jumlah luasan data center yang digunakan,
jumlah penggunaan tempat rak server, daya listrik, sistem pendinginan,
perkabelan jaringan, media penyimpanan serta beberapa komponen jaringan
komputer dengan pengurangan jumlah mesin-mesin fisik.
Penggunaan teknologi virtualisasi juga dapat mengubah cara deployment
server-server yang akan digunakan. Staff Departemen TI tidak perlu
menunggu pengadaan hardware atau instalasi perkabelan (jaringan dan
daya listrik), seperti pada infrastruktur fisik. Deployment mesin virtual
dapat dilakukan dengan menggunakan antar muka grafis yang mudah,
sehingga deployment mesin virtual dapat dilakukan dalam hitungan menit,
berbeda halnya dengan deployment mesin fisik.
Secara manajemen penggunaan sumber daya TI, pengaturan mesin-mesin
virtual yang berjalan diatas host, dilakukan secara terpusat, menggunakan
perangkat bantu vCenter® Management Server. Perangkat bantu tersebut
dapat diinstalasikan pada salah satu mesin virtual, atau juga dapat
diinstalasikan pada hardware fisik yang spesifikasinya lebih rendah daripada
host untuk mesin-mesin virtual. Gambar 2 memperlihatkan manajemen
sumber daya yang dilakukan secara terpusat menggunakan vCenter®
Management Server.
Gambar 3. Manajemen sumber daya terpusat untuk pengaturan
arsitektur virtual.
Arsitektur Fisik vs Arsitektur Virtual
Beberapa perbedaan antara arsitektur fisik dengan arsitektur virtual
berdasarkan aspek-aspek seperti kemudahan pemindahan atau duplikasi,
penggunaan komponen sumber daya, siklus pemanfaatan sumber daya untuk
aplikasi, kemudahan peningkatan spesifikasi sumber daya, dapat kita lihat
sebagai berikut :
Mesin Fisik Mesin Virtual
Staff Departemen TI memerlukan
usaha yang cukup besar untuk
memindahkan atau melakukan
duplikasi mesin fisik.
Staff Departemen TI dimudahkan dalam usaha
memindahkan atau melakukan duplikasi mesin
virtual, dengan cara :
- Proses enkapsulasi mesin virtual kedalam
berkas-berkas.
- Tidak tergantung pada perangkat keras
server secara fisik.

Mesin fisik terikat pada
Komponen-komponen sumber daya
secara spesifik.
Mesin virtual tidak terikat
pada komponen-komponen sumber daya
secara spesifik, dengan cara :
- Adanya proses isolasi antara satu mesin
virtual dengan mesin virtual lainnya.
- Adanya proses insulasi
terhadap perubahan perangkat keras.
Mesin fisik seringkali
memiliki siklus pemanfaatan
sumber daya untuk aplikasi yang
relatif lebih singkat.
Mesin virtual memiliki kemampuan
untuk menyediakan siklus pemanfaatan sumber
daya yang lebih lama, bahkan mesin virtual dapat
digunakan sebagai sumber daya bagi legacy
applications.
Mesin fisik memerlukan
penanganan secara fisik dan
personal untuk peningkatan
spesifikasi sumber daya (processor,
memory, hardisk, storage).
Mesin virtual memungkinkan proses konsolidasi
sumber daya (processor, memory, hardiskk
storage), sehingga tidak memerlukan
penanganan secara fisik dan personal untuk
peningkatan spesifikasi sumber daya.
Pada mesin server fisik, instalasi sistem operasi seperti Microsoft®
Windows®, Linux dan lainnya dilakukan langsung diatas hardware.
Pendekatan instalasi langsung tersebut memerlukan driver untuk perangkat
keras spesifik. Pada saat terjadi peningkatan spesifikasi hardware fisik
dengan perangkat yang baru, maka diperlukan driver perangkat keras yang
baru saja dipasang. Proses peningkatan spesifikasi hardware juga
memerlukan penanganan technical support.
Mesin virtual adalah 100% software, yang tidak lebih dari
sekumpulan file. Kumpulan file ini termasuk file-file yang disebut virtual
disk, menggantikan media penyimpanan hardisk. Semua file untuk sebuah
mesin virtual diletakkan pada satu direktori yang distandarisasi dengan device
driver, sehingga hardware upgrade dapat dilakukan tanpa mengubah mesin
virtual.
Sekumpulan mesin virtual terisolasi antara satu mesin virtual dengan

mesin virtual lainnya, sehingga pada satu host yang sama, dapat dijalankan
server database dan server e-mail tanpa terganggu konflik ketergantungan
software dan konflik peningkatan kinerja server. Fleksibilitas mesin virtual
berupa sekumpulan file memungkinkan seluruh mesin virtual dipindahkan ke
server baru pada saat terjadinya peningkatan kapasitas hardware. Kemudahan
tersebut membuat proses perencanaan pemulihan bencana dan proses testing
menjadi lebih mudah.
Hypervisor
Pengelola virtualisasi biasa disebut sebagai hypervisor, merupakan jenis
piranti lunak yang menciptakan mesin virtual yang beroperasi secara terpisah dari
satu sama lain (terisolasi) pada satu piranti. Dengan kata lain, hypervisor yang
memungkinkan sistem operasi yang berbeda untuk dijalankan secara terpisah dari
satu sama lain meskipun masing-masing sistem ini menggunakan daya komputasi
dan kemampuan penyimpanan pada komputer yang sama. Dalam
perkembangannya hypervisor dibagi dalam 2 jenis yang berbeda yaitu:
1. Hypervisor jenis 1
Hypervisor jenis 1 disebut dengan hypervisor native/bare metal, yaitu
hypervisor yang dapat langsung di install pada piranti keras server yang
kosong (bare metal) yang belum berisi sistem operasi apapun. Artinya
hypervisor ini telah menjadi satu paket dengan sistem operasi.
2. Hypervisor jenis 2
Hypervisor jenis 2 disebut dengan hypervisor host/desktop, yaitu
hypervisor yang berjalan diatas sistem operasi sehingga membutuhkan
sistem operasi untuk dapat menjalankan hypervisor tersebut.

No comments:

Post a Comment